Selasa, 30 April 2013

KEKUASAAN DALAM STRATEGI TUTUR DALAM WACANA KELAS


Hayatul Mursyida A1B110212
Rusmawati A1B110247

KEKUASAAN DALAM STRATEGI TUTUR DALAM WACANA KELAS
                                                                                                       
A.    Representasi Kekuasaan dalam pengendalian Topik Tuturan

1.      Representasi kekuasaan dalam Pengenalan Topik Tuturan
                 Pengenalan topik tuturan merupakan tindakan kompleks. Tindakan itu memerlukan kesesuaian tindak tutur dan waktu penggunaannya. Terkait dengan pengenalan topik tuturan, Bublitz (1988:42) menyebutkan tiga kemungkinan terjadinya pengenalan topik dalam percakapan, yakni (a) pada saat memulai percakapan, yang dalam konteks itu peserta tutur memperkenalkan topik pertama setelah terlibat dalam percakapan; (b)selama kegiatan percakapan, yang dalam konteks itu peserta tutur mengubah topik sebelumnya dengan menutup dan menggantikannya dengan topik yang baru; dan (c) setelah terjadi penyimpangan yang didahului oleh sejumlah gangguan, misalnya interupsi.
                Dalam percakapan sehari-hari, terutama ketika para peserta tutur mempunyai kedudukan setara, penyaji topik tuturan bisa silih berganti. Artinya, antara P dan T mempunyai kesempatan yang sama untuk ambil bagian dalam mengenalkan topik tuturan. Namun, dalam wacana kelas, pengenalan topik banyak dilakukan oleh guru. Dengan kekuasaan absah dan kekuasaan kepakaran yang dimilikinya, guru mendominasi proses pengenalan tuturan.
                Berdasarkan hasil kajian ini terungkap sejumlah strategi pengenalan topik tuturan dalam wacana kelas, antara (a) pengenalan topik tuturan dalam strategi pemaparan langsung, (b) pengenalan topik tuturan dengan strategi apersepsi, dan (c) pengenalan topik tuturan dengan negosiasi topik. Masing-masing strategi tersebut mempresentasikan kekuasaan, yang tingkat dominasinya sangat bergantung kepada ada tidaknya kebersamaan di dalam pengenalan topik tuturan tersebut.

(a)        Penyajian topik tuturan dengan strategi pemaparan langsung ditandai oleh tindakan guru menyajikan topik tuturan, tanpa upaya menanyakan kepada siswa tentang topik itu atau mengaitkannya dengan topik-topik lain
Contoh:
Guru:  [...] untuk pelajaran Geografi yang diberikan semester ini adalah strategi keruangan desa, setelah itu dilanjutkan strategi keruangan kota. (1) kemudian, tentunya ada desa dan kota yang terjadi interaksi. (2) terjadinya interaksi ini juga kita kausai. (3) interaksi desa dan kota, kemudian pertumbuhan, kemudia barulah industri. (4) Nah, kira-kira itulah yang akan kita pelajari. (5) [...]

Siswa:  (Mendengarkan secara tekun).

(Konteks: dituturkan oleh guru memberikan pengarahan materi pada pertemuan awal semester).

(b)       Penggunaan strategi apersepsi biasanya tidak terjadi dominasi penggunaan giliran tutur. Dalam konteks itu, guru mendorong siswa untuk memiliki pemahaman awal terhadap topik tutran yang yang diprkenalkan. Dengan demikian, ditinjau dari dominasinya, penyajian topik tuturan dengan strategi apersepsi cenderung merepresentasikan kekuasaan lebih humanis daripada strategi pengenalan topik secara langsung.

(c)        Pengenalan topik tuturan yang dianggap paling humanis adalah melalui strategi negosiasi topik tuturan. Melalui strategi ini, biasanya guru tidak memaksakan topik tuturan yang akan dibicarakan. Dalam strategi ini terjadi prinsip persetujuan bersama antarpartisipan percakapan dalam penetapan topik.
               Contoh:
              Guru   :    Assalamu’alaikum wr.wb. (1)
              Siswa  :    Waalaikum salam wr.wb. (2)
  Guru   :    Untuk kesempatan kali ini seharusnya di LAB. Karena Lab dipakai oleh
Kelas satu, kita tidak bisa praktikum. (3) Nah, pada hari ini saya tawarkan, kita sebaiknya melakukan tanya jawab untuk mengkaji ulang materi yang sudah kita bahas atau melanjutkan materi berikutnya? (4)
Siswa  :    tanya jawab saja, bu. (5)
Guru   :    baiklah, kita tanya jawab untuk memperdalam pemahaman materi yang lalu. (6) Pada minggu yang lalu kalian sudah mempelajari berbagai macam jaringan pada tumbuhan. (7) coba, sebelum diskusi kita mulai, jaringan apa yang kamu ketahui? (8)
Siswa  :    Meristem. (9)
Guru   :    jaringan Meristem. (10) [...]

(Konteks: dituturkan ketika guru mengawali kegiatan tanya jawab di kelas).

                               Penggunaan strategi tersebut menciptakan kesetaraan dalam proses pembelajaran. Akan tetapi, dari hasil kajian ini terungkap bahwa guru jarang menggunakannya. Pengenalan topik di awal pembelajaran secara berturut-turut didominasi oleh strategi langsung dan, strategi apersepsi baru strategi negosiasi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengenalan topik tutran dalam wacana kelas mesih cenderung merepresentasikan kekuasaan yang dominatif.

2.      Representasi Kekuatan dalam Pengembangan Topik Tuturan
                Topik tuturan bukan saja dapat dikendalikan pengenalannya, tetapi juga pengembangannya. Hasil kajian ini menun jukan bahwa pengembangan topik tuturan dalam wacana kelas juga masih banyak dikendalikan oleh guru. Akan tetapi, sudah tampak upaya guru untuk melibatkan siswa di dalam mengembangkan topik tuturan. Berdasarkan hasil kajian ini terungkap berbagai strategi pengembangan topik tuturan, antara lain (a) pemberian contoh, (b) pemberian argumentasi, (c) pemberian perbandingan, (d) pemberian definisi, (e) pemberian rincian, (f) pemberian tindakan proses, (g) pemberian klasifikasi.

(a)    Pengembangan topik melalui strategi pemberian contoh banyak digunakan dalam wacana kelas. Penggunaan strategi ini dipengaruhi oleh topik tuturan. Ketika topik tuturan memerlukan ilustrasi-ilustrasi untuk mmemberikan gambaran lebih konkret, strategi pengembangan ini cenderung digunakan.
Contoh:
Guru   :    [...] Berikut, yang kedua tadi fibrosa, matriknya berwarna apa? (1)
Siswa  :    Gelap. (2)
Guru   :    Gelap, kalau tadi jernih, transparan, ini gelap (3) Gelap contohnya pada
                apa? (4)
Siswa  :    Persendian tulang pinggang. (5)
Guru   :    Persendian tulang pinggang. (6) [...] Yang ketiga elastis; elastis matriknya
                berwarna apa? (7)
Siswa  :    Biru kekuning-kuningan. (8)
Guru   :    kuning keruh, (9). Contohnya apa? (10) [...]

(Konteks: dituturkan ketika guru dan siswa melakukan praktikum di LAB)

(b)   Penegembangan topik dengan strategi argumentasi banyak dilakukan dalam proses pembelajaran dikelas dan di laboraturium. Hal ini dapat dimaklumi karena wacana kelas merupakan domain pendidikan yang menjadi salah satu tumpuan upaya pewarisan dan pengembangan ilmu. Dalam rangka itu, guru menggunakan argumen-argumen untuk menunjukkan dan meyakinkan kebenaran ilmu yang diwariskan kepada siswa.
Contoh:
Guru   :    Hafal ndak? (1)
Siswa  :    Tidak. (2)
Guru   :    Lo, kok lulus? (3) . Hafal ndak? (4) mengapa kamu sulit menghafalkan
                            Istilah-istilah Biologi? (5) karena kamu tidak menerapkan dalam kehidupan
    sehari-hari, setiap makan makannya apa sih? (6) Begitu minum, kamu
    sudah tahu, wah ini mengandung Vitamin A dan B. (7) Ingat, susu
    mengandung zat lemak dan protein. (8) [...]
            Siswa  :    (mendengarkan tanpa memberi komentar).

(Konteks: dituturkan ketika guru melakukan tanya jawab di kelas).

(c)    Pengembangan topik tuturan dengan strategi perbandingan juga sering dilakukan oleh guru. Dalam konteks ini, topik tuturan di kembangkan dengan membandingkan unsur-unsur yang menjadi jabaran topik tersebut. Ada dua kemungkinan bentuk perbandingan, yakni perbandingan atas perbedaan atau kontras dan perbandingan atas kesamaan.
(d)   Strategi dengan pemberian definisi juga terungkap dalam pengembangan topik tuturan. Definisinmenyatakan hakikat sesuatu, yang dilakukan melalui makna kata, sinonim kata, atau definisi formal.
(e)    Strategi pengembangan rincian fakta termasuk sering pula dilakukan dalam wacana kelas. Dalam strategi ini, pengembangan topik biasanya didahului dengan pengenalan topik kemudian diikuti oleh detail penunjang yang berupa fakta-fakta.
(f)    Strategi proses pada dasarnya merupakan langkah-langkah melakukan sesuatu. Oleh karena itu, ketika pembelajaran terarah kepada langkah-langkah melakukan sesuatu, misalnya menerapkan rumus atau menghitung sesuatu, guru tampak menggunakaan pengembangan topik dengan strategi proses. Dengan kekuasaan yang dimiliki, guru bisa memberikan komando atau bimbingan untuk melakukan kegiatan-kegiatan itu.
(g)   Strategi terakhir yang juga tampak digunakan dalam pengembangan topik tuturan adalah strategi klasifikasi. Pada dasarnya, klasifikasi merupakan upaya mengelompokkan sesuatu berdasarkan kriteria tertentu. Penggunaan strategi tersebut dipersepsi siswa mempresentasikan kekuasaan humanis. Walaupun kriteria klasifikasi berasal dari guru, tetapi siswa merasa diberdayakan untuk mengisi slot-slot klasifikasi tersebut.

3.      Representasi Kekuasaan dalam Penutupan Topik Tuturan
a.      Representasi Kekuasaan Dalam Penutupan Topik Tuturan pada Saat Proses Pembelajaran
                            Sama halnya dengan pengenalan dan pengembangan topik, tindakan menutup topik tuturan ini juga mempunyai strategi, yaitu penutupan topik dengan (a) strategi konfirmasi pemahaman, (b) strategi penutupan langsung, (c) strategi pemberian penguatan, (d) strategi interupsi, dan (e) strategi konfirmasi persetujuan.

(a)    Strategi konfirmasi pemahaman ditinjau dari aspek kekuasaan yang direpresentasikan, penggunaan strategi tersebut dipersepsi siswa merepresentasikan kekuasaan humanis. Dengan kekuasaan yang dimiliki, guru mempedulikan keadaan siswa dengan melakukan konfirmasi tingkat pemahaman terhadap materi yang sudah diterimanya.
(b)   Strategi penutupan langsung juga terungkap dalam wacan kelas. Strategi ini ditandai oleh tindakan guru menutup langsung topik dan menggantinya dengan topik baru.
(c)    Strategi yang dianggap merepresentasikan kekuasaan paling humanis adalah penutupan topik dengan strategi pemberian penguatan. Dalam perspektif pembelajaran, penguatan merupakan salah satu bentuk kekuasaan hadiah.
(d)   Strategi interupsi merupakan strategi menghentikan tuturan dengan memotong tuturan orang lain.
(e)    Strategi konfirmasi persetujuan biasanya banyak digunakan oleh siswa ketika melakukan diskusi kelas, dalam konteks diskusi biasanya penyaji melakukan konfirmasi pemahaman terhadap gagasan/jawaban yang diberikan sebelum melanjutkan pengenalan topik baru.


b.      Representasi Kekuasaan dalam Penutupan Topik Tuturan pada Saat Mengakhiri Pembelajaran
                            Secara teknis, penutupan topik pada akhir pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu tindakan pemberian pengarahan tentang penyelesaian pembelajaran. Ada dua aspek yang penting dari penuturan tropik tutran pada saat pembelajaran berakhir, yakni aspek kognitif dan aspek sosial. Berdasarkan hasil kajian ini terungkap sejumlah strategi penutupan topik tutran yang digunakan oleh guru pada saat pembelajaran. Strategi-strategi itu antara lain:
(a)    Penutupan topik dengan strategi menunjukkan jam telah berakhir. Strategi ini tampaknya tidak selaras dengan dua fungsi penutupan sebagaimna dinyatakan diatas.
(b)   Penutupan topik dengan strategi memberikan rangkuman merepresentasikan kekuasaan lebih humanis daripada dengan menunjukkan jam telah berakhir, strategi ini guru secara terencana merangkum topik tuturan yang telah dibahas selama pembelajaran.
(c)    Penutupan topik dengan strategi klarifikasi, ada dua penyebab mengapa strategi klarifikasi dilakukan. Pertama, materi yang didiskusikan masih terjadi kesalahan sehingga perlu pelurusan. Kedua, klarifikasi dilakukan karena diantara para siswa masih terjadi perbedaan pendapat.
(d)   Penutupan topik dengan strategi pemberian tes, strategi ini dimanfaatkan guru untuk melakukan umpan balik.
(e)    Penutupan topik dengan strategi memberikan tugas. Dalam proses pembelajaran, pemberian tugas dapat dimanfaatkan untuk berbagai hal, misalnya untuk mempersiapkan siswa menhadapi pembelajaran yang akan datang.
(f)    Penutupan topik dengan strategi memberikan komentar kkritis, cenderung digunakan ketika guru harus memberikan komentar terhadap pelaksanaan diskusi ataupun presentasi siswa secara individual.

B. Representasi Kekuasaan dalam Interupsi
            Interupsi merupakan bentuk pelanggaran kaidah giliran tutur. Interupsi terjadi ketika T mulai bertutur, padahal P masih belum selesai bertutur. Oleh karena itu, menurut Coates (1991: 91), interupsi merusak kesetaraan model percakapan karena menginterupsi menghalangi P dari penyelesaian tuturan mereka dan pada saat yang sama T memenangkan sebuah giliran untuk dirinya sendiri.
            Atas dasar karakteristik itu, para penganalisis wacana cenderung menganggap interupsi sebagai suatu tindakan dominasi daripada ketidakmampuan interaksional.
Oleh karena itu, dalam wacana kelas bisa terjadi intrupsi dari siswa kepada siswa lain, dari guru kepada siswa, tetapi tidak pernah dari siswa ke guru. Akan tetapi, dalam budaya yang egaliter, mungkin saja siswa mengintrupsi tuturan guru.
Tujuan tutur yang berpengaruh terhadap representasi strategi kekuasaan dalam wacana kelas tentunya tujuan yang terkait dengan aspek pendidikan dan pengajaran.
            Sekolah merupakan suatu domain berfungsi ganda: sebagai tempat mengajar, dan sekaligus sebagai tempat mendidik. Oleh karena itu, ketika siswa bertutur tidak memperhatikan mitra tuturnya, guru mnggunakan kekuasaan absahnya untuk memperbaikinya sikap yang tidak baik itu. Salah satu strategi untuk memperbaikinya adalah dengan melakukan tindakan interupsi.
            Dalam proses pembelajaran penggunaan teknik diskusi bukan hanya sarana untuk memudahkan siswa menguasai substansi pembelajaran, tetapi juga sarana untuk membentuk kompetisi siswa agar mampu berdiskusi dengan baik. Untuk itu, ketika terjadi diskusi, guru akan melakukan interupsi jika ada perilaku siswa yang tidak selaras dengan rambu-rambu diskusi.
C. Representasi Kekuasaan dalam Overleping
            Sebagai pakar cenderung membedakan interupsi dan overleping . Zimmerman dan West (1975) dan Schegloff (1987) (dalam Tannen, 1994:57), misalnya, menyatakan bahwa jika T mulai bertutur pada TRP, hal itu dianggap sebagai overleping. Oleh karena itu, Coates (1991:99) menganggap bahwa overleping tidak melanggar giliran tutur, sedangkan interupsi melanggar giliran tutur.
Bila dibandingakan denga interupsi, overleping tersebut cenderung merepresentasikan kekuasaan lebih humanis. Kehumanisan kekuasaan tersebut terjadi karena overleping tidak merusak kesetaraan percakapan dan uga tidak memutus hak siswa untuk menuntaskan tuturannya.
            Tampaknya, overleping bukan hanya digunakan oleh guru ketika siswa menjawab salah, tetapi ketika siswa menjawab betul pun guru juga cenderung melakukan overleping.
Siswa kadang-kadang bisa melakukan overleping. Akan tetapi, gejala itu sangat ditentukan oleh tingkat keakraban dan gaya mengajar guru. Ketika guru menerapka keakraban dan kesetaraan dalam mengajar, siswa tidak merasa canggung untuk melakukan overleping. Sebaliknya, jika guru mengajar menjaga jarak, menunjukan sikap formal, dan menerapkan kekuasaan acuan,siswa justru cenderung pasif dan tidak ada inisiatif untuk malakukan overleping.

7 komentar:

  1. NORHALIMAH
    NIM A1B110239

    Tampaknya, overleping bukan hanya digunakan oleh guru ketika siswa menjawab salah, tetapi ketika siswa menjawab betul pun guru juga cenderung melakukan overlapping, Mohon jelaskan maksud dari kalimat tersebut dan berikan contoh representasi kekuasaan dalam overlapping! terima kasih.

    BalasHapus
  2. RUMIATI
    NIM A1B110226

    Dalam pengembangan topik tuturan dengan strategi perbandingan disebutkan ada dua kemungkinan bentuk perbandingan, yakni perbandingan atas perbedaan atau kontras dan perbandingan atas kesamaan. Tolong jelaskan bagaimana strategi tersebut dan berikan contohnya!

    BalasHapus
  3. Baik saya akan menjawab pertanyaan saudara Halimah.
    mungkin saya langsung berikan contoh saja ya, sebab saya rasa dgn ini akan lebih mudah untuk dipahami.
    contohnya:
    G: ..... diulangi, langkahnya yang pertama apa? (1)
    S: menentukan tema. (2)
    G: ya, terus kedua? (3)
    S: menentukan tujuan. (4)
    G: betul, tujuan. (5) Yang ketiga? (6)
    S: (siswa mulai bingung sehingga kelas agak ramai). (7)
    G: he... kok jadi ribut, ayo yang ketiga apa? (8)

    dari kutipan tersebut tampak bahwa guru melakukan dua kali overleping dan satu kali intrupsi.
    Ovelrleping bisa dilihat dari tuturan (3) dan (5) yang memberikan penguatan untuk siswa karena menjawab dengan benar, dan tuturan (8) itu adalah intrupsi.

    semoga dapat di pahami ya...

    BalasHapus
  4. Raudatul Janah
    NIM A1B110255

    Pada representasi kekuatan dalam pengembangan topik tuturan, ada pengembangan topik tuturan dengan strategi perbandingan juga sering dilakukan oleh guru. Ada dua kemungkinan bentuk perbandingan, yakni perbandingan atas perbedaan atau kontras dan perbandingan atas kesamaan. Jelaskan dua kemungkinan bentuk perbandingan tersebut dan berikan contohnya!
    Terima kasih... :)

    BalasHapus
  5. KUSNIATI ANDRIANI
    NIM A1B110215

    Sedikit menanggapi materi di atas menurut saya Representasi kekuasaan dalam Pengenalan Topik Tuturan Tindakan itu memerlukan kesesuaian tindak tutur dan waktu penggunaannya di mana dalam sebuah percakapan ada topik yang akan dituturkan sehingga sebuah topik tersebut yang dominan dalam percakapan sampai pada pergantian topik baru lagi yang jadi percakapan.

    BalasHapus
  6. menjawab pertanyaan Rumiati dan raudatul Jannah

    Ada dua kemungkinan bentuk perbandingan, yakni perbandingan atas perbedaan atau kontras dan perbandingan atas kesamaan. Penggunaan strategi tersebut biasanya digunakan guru untuk membangun asosiasi siswa terhadap unsur-unsur yang dibandingkan agar memudahkan mereka memahami substansi topic tuturan itu. Kutipan berikut ini menunjukkan gejala itu.
    Guru : Struktur tumbuhan, di kelas satu kamu kamu kenal apa yang termasuk tumbuhan tingkat rendah? (1)
    Siswa : (menjawab dengan suara lemah)
    Guru : Yang keras, dong! (2)
    Siswa : Jamur (3)
    Guru : Alga, ganggang, betul. (4) Itu tumbuhan tingkat rendah. (5) sekarang tumbuhan tingkat tinggi. (6) Apakah sama? (7) Di mana letak perbedaannya? (8)
    (Konteks: dituturkan ketika guru dan siswa membahas LKS)

    Dalam kutipan diatas guru tampak menggunakan strategi perbandingan kontras untuk mengembangkan tgopik tuturan. Topik tuturannya ialah perbandingan jenis struktur tumbuhan tinggi dan tingkat rendah.pengembangan topik itu dilakukan bersama antara guru dan siswa. Tuturan (7) dan (8) sebagai I digunakan guru untuk mendorong siswa agar mereka memberikan R tentang perbedaan struktur dari kedua jenis tumbuhan tersebut. Oleh karena itu, pengembangan topik tuturan itu tidak menampakkan dominasi guru.

    Perbandingan kadang-kadang dilakukan untuk mencari kesamaan karakteristik, strategi, perilaku, atau yang lain. Perbandingan yang demikian biasa disebut analogi. Pengembangan topik tuturan dengan strategi analogi juga dimaksudkan agar siswa mudah menangkap substansi pembelajaran dengan memperbandingkan persamaan-persamaan unsur yang diperbandingkan dalam topic tuturan tersebut. Perhatikan kutipan berikut ini.
    Guru : Jadi, kamu itu harus belajar seperti proses makannya kambing, sapi, tidak seperti proses makannya ular. (1) Kalau ular, makanan langsung ditelan walaupun busuk. (2) namun, kalau kamu pakai prinsipnya kambing atau sapi , makanan dimakan, dikeluarkan, diingat-ingat lagi. (3) Baru kalau memang sudah benar-benar perlu dicerna lalu dimasukkan. (4) Jadi, jangan asal masuk, jangan. (5) Kalau demikian, misalnya tidak pakai histogram bisa tidak dicari? (6)
    Siswa : bisa. (7)
    Guru : Bisa. (8) […]
    (Konteks dituturkan guru ketika menjelaskan teori peluang).

    Dari kutipan diatas tampak bahwa guru menggunakan strategi analogi di dalam mengembangkan topic tuturan. Topik tuturan itu adalah strategi menyerap pembelajaran. Menurut guru, sebagaimana terungkap dalam tuturan (1) s.d (5), strategi menyerap materi pembellajaran yang baik dapat dianalogikan dengan strategi makan dari kambing atau sapi, bukan ular. Melalui pengembangan topic tuturan itu, guru berusaha mengkonkretkan topic tuturan agar mudah dicerna siswa.

    BalasHapus